ARTIKEL BEBAS (UNIK & MENARIK)

Wednesday, November 22, 2006

Jatuh Cinta



lanjutan dari halaman utama....

Duh, kenapa ya? Ketika itu, dadaku menbuncah gemuruh, mengetahui seorang lagi pemudamu meledakkan bom bersama dirinya. Dulu, dulu sekali, aku selalu berpikir orang-orang seperti itu adalah orang-orang bodoh; mengapa mereka tidak menghargai hidupnya sama sekali? Tapi hari itu, berkenalan dengan nama-nama itu; Yahya Ayyash al muhandis, Muhammad Fathi Farahat, Wafa Idris, dan panjang lagi deretan nama-nama itu; membersit seberkas iri di selip hati. Duh, kenapa ya?

Yahya Ayyash al Muhandis; Yahya Ayyash sang insinyur. Aku juga seorang calon insinyur ketika itu. Mart Siska Anggraeni al Muhandisah; hmm... tampak keren. Tapi bukan itu, benar-benar bukan itu, bukan keren atau tidak keren. Hanya tak menyangka aku tiba-tiba berpikir, apa yang bisa kuperbuat yang itu sebesar apa yang diperbuatnya, sehingga bukan aku sendiri yang mencatatnya 'al Muhandisah' itu, tapi sejarah sendiri yang mencatatkannya. Ah, aku ini, sering tenggelam sendiri dalam mimpiku.

Dan Muhammad Fathi Farahat yang belia itu, 17 tahun. Aku beberapa tahun lebih tua darinya, tapi aku merasa benar-benar malu, menyadari apa yang telah dibuatnya adalah sesuatu yang sangat besar. Ah, besar di mataku yang manusia ini mungkin sangat tidak penting, tapi ini adalah sesuatu yang BENAR-BENAR BESAR! Berkarya sedemikian rupa untuk RabbNya.

Hmm... Wafa Idris. Siapa bilang orang-orang yang mengenakan bom itu orang-orang yang tidak berguna lagi hidupnya? Ah, Wafa Idris ini adalah seorang yang cerdas; pandai sekali dalam studinya. Kalau dia melanjutkan pendidikannya, pastilah dia akan menjadi besar dan hebat. Tapi ia memilih kebesaran dan kehebatannya sendiri, yang itu bukan ukuran manusia, tapi ukuran yang ditetapkan RabbNya.

Ah, sejak kapan ya, jatuh cinta seperti ini?

Lalu aku memasukkan qunut na'zilah dalam sholat-sholatku ketika itu. Lalu aku bergabung bersama sahabat-sahabat yang turun ke jalan, melantangkan pembelaan kepadamu. Pergi ke Jakarta ketika itu, berbis-bis dari Bandung, berangkat tengah malam, lalu pagi-paginya berjalan kaki menggemakan pembelaan kepadamu di jalanan Jakarta. Ah, aku masih saja sering sesenggukan, meski dalam teriakan takbir yang kuharap sampai kepadamu.

Ah, sejak kapan ya, mencintaimu seperti ini?

Mendengar namamu disebut, seperti kejutan menyentak, menerbitkan jenak kesadaran. Mengucap namamu, ada seruak haru memenuhi hati, lalu menjadi biru dan sendu. Mengingatmu, sering membarakan semangat berjuang, lalu menenggelamkan diri, karena sejatinya belum ada yang benar-benar kuperbuat untukmu.

Ah, sejak kapan ya, mencintaimu seperti ini?

Yang pasti, cinta ini bukan mengada-ada. Mencintaimu adalah sebuah bukti kecintaanku kepadaNya. Mencintaimu adalah mengikuti teladan yang telah bertebaran di penjuru bumi Islam. Ah, aku pun yakin, semua karena Allah menghendakinya, " dan (Allah) Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. " QS. Al Anfaal [8] : 63.
Duh, bagaimana ya, membuktikan cinta padamu?

Begitulah..., setiap yang jatuh cinta, tiba-tiba menjadi penyair yang piawai. Tapi cinta tidak hanya butuh kata-kata bukan? Sementara sepanjang putaran sejarah, telah dituliskan berjuta untaian kata cinta untukmu, bahkan oleh mutiara-mutiara kenabian terdahulu. Berjuta jiwa telah menemui kehidupan bersama RabbNya, karena pembelaannya kepadamu.

Duh, bagaimana ya, membuktikan cinta padamu?

Sementara aku...? Aku masih disini saja, disibuki dengan duniaku sendiri.
Ah, jika kata memang tak sekedar rangkaian huruf-huruf, ingin benar seisi jagat mengetahui; aku mencintaimu, palestina...
Ah, jika sebuah janji itu berharga, ingatkan aku akan janjiku; tak akan berhenti mencintaimu, tak akan menyerah berjuang untukmu, sekuat diriku...
Ah, jika sebuah doa itu senjata, aku memohon kemudahan dan kekuatan kepada Rabbku; ijinkan aku selalu terjaga dalam pembuktian cintaku...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home